Penyakit Hernia | roojai.co.id

Kita sudah sering mendengar tentang penyakit hernia, masyarakat umum di Indonesia mengistilahkannya dengan penyakit turun berok. Berok, bagian perut bawah, yang turun menggambarkan kondisi kesehatan ini.

Secara medis ada lebih dari satu jenis hernia dengan kondisi yang berbeda-beda. Pelajari lebih jauh dengan membaca terus artikel ini.

Konten

  1. Apa Itu Penyakit Hernia? 
  2. Jenis-jenis hernia 
    1. Gejala Hernia atau Turun Berok
    2. Diagnosis Situasi Darurat Penderita Hernia
    3. Cara Mencegah dan Pengobatan
    4. Biaya Operasi Hernia di Indonesia  

    Apa Itu Penyakit Hernia? 

    Hernia adalah kondisi ketika organ di dalam tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah.

    Di Indonesia penyakit Hernia lebih sering disebut dengan oenyakit turun berok. Menurut media kesehatan Healthline, seperti yang dilansir dari situs Kompas.com, hernia disebabkan oleh kombinasi antara kelemahan otot dan kondisi otot yang tertarik.

    Keadaan itu memungkinkan bagian usus atau jaringan perut yang seharusnya berada di dalam terdorong ke luar melalui tonjolan atau bukaan tersebut. 

    Pada umumnya, hernia jenis apa pun memiliki karakteristik yang serupa, yakni ada bagian yang lemah atau celah pada lapisan otot sehingga jaringan organ yang normalnya dilindungi dan ditahan oleh otot malah menembus otot tersebut.  

    Jenis-jenis hernia 

    Ada beberapa jenis hernia, tetapi yang paling umum adalah hernia yang terjadi di bagian perut (ventral) dan area selangkangan (inguinal). Tergantung dari jenis dan tingkat parahnya, orang yang mengalami kondisi hernia bisa saja hanya merasakan sedikit sakit, tapi ada juga kondisi yang mengancam nyawa sehingga membutuhkan operasi sesegera mungkin .  

    Hernia Ventral 

    Mengutip John Hopkins Medicine, hernia ventral atau abdominal (perut) merujuk pada usus atau jaringan lainnya yang terdorong sehingga menonjol melalui bagian yang lemah atau bukaan di dinding otot perut atau jaringan ikat. Secara spesifik, hernia ventral terbagi dua, yaitu hernia umbilikal (pusar/pusat) dan hernia insisional. 

    Siapa pun memiliki risiko mengalami hernia ventral, baik pria maupun wanita, tetapi orang yang pernah menjalani bedah abdominal memiliki risiko lebih tinggi. Jika kamu memiliki sayatan bedah yang merusak dinding abdominal, luka tersebut tidak akan kembali jadi sekuat jaringan semula. Kamu berisiko mengalami hernia insisional di area sayatan tersebut. Kehamilan juga merupakan faktor risiko sehingga wanita rentan mengalami jenis hernia umbilikal yang terjadi di dekat pusar.   

    Hernia Umbilikal 

    Tidak seperti kebanyakan hernia yang mulai muncul di masa remaja atau dewasa, 20 persen bayi terlahir dengan hernia umbilikal. Jenis hernia ini terjadi pada bagian umbilikus (pusar). Umbilikus adalah bagian tertipis pada dinding otot perut. Usus terdorong hingga mencuat melalui lingkaran pusar, yakni bukaan kecil pada otot perut bayi di mana terdapat tali pusar (yang selama di dalam kandungan menghubungkan sang bayi dengan ibunya).

    Hernia umbilikal umumnya dialami oleh bayi yang baru lahir. Pada 90% kasus, bukaan tersebut akan menutup dengan sendirinya seiring perkembangan dan pertumbuhan si bayi menuju usia 5 tahun. 

    Hernia Insisional 

    Semua operasi pada bagian perut membawa risiko sebesar 33% terjadinya hernia insisional pascaoperasi. Jenis hernia ini terjadi pada atau di dekat bekas sayatan operasi yang menyebabkan usus ataupun jaringan lain menonjol melalui luka tersebut.  

    Hernia insisional terjadi karena beberapa penyebab spesifik, beberapa di antaranya adalah pasien bedah abdominal yang pascaoperasi melakukan aktivitas fisik berlebihan dan terlalu pendek jaraknya dari waktu keluar dari ruang bedah, mengalami kenaikan berat badan yang signifikan, hamil atau mengandung, atau mengalami peningkatan tekanan pada bagian perut karena sebab apa pun sebelum luka operasi sembuh dan menguat.

    Hernia insisional biasanya terjadi dalam rentang tiga hingga enam bulan pascaoperasi tetapi bisa saja pula terjadi kapan pun. 

    Hernia Hiatus 

    Tidak seperti hernia ventral, di mana tonjolan jaringan atau organ melalui dinding abdominal, hernia hiatus terjadi jika bagian atas dari perut terdorong ke dada melalui bukaan kecil di bagian diafragma, otot yang memisahkan abdomen dengan dada.  

    Hernia hiatus merupakan hasil dari retensi zat asam karena perut cenderung terdorong oleh bukaan di bagian diafragma. Zat asam atau zat lainnya dapat dengan mudah kembali, baik refluks maupun termuntahkan menuju esofagus.  

    Ada empat jenis hernia hiatus. Tipe I lebih umum terjadi dan disebut juga dengan hernia hiatus sliding. Pada tipe ini, perut meluncur menuju dada melalui bukaan kecil di diafragma. Sedangkan tipe II, III, dan IV disebut dengan hernia paraesophageal yang terjadi jika sebagian perut terdorong hingga ke dada di dekat esofagus. 

    Hernia Inguinal 

    Hernia inguinal adalah tonjolan yang terjadi di sekitar selangkangan, yakni area di antara bagian bawah abdomen dan paha. Jenis hernia ini muncul karena ada bagian lemah dari otot-otot di perut bagian bawah. Ada tiga lapis yang melindungi usus di dalam perut bagian bawah. Yang pertama adalah membran tipis (selaput) yang disebut peritoneum, yang kedua adalah lapisan otot-otot abdominal, dan yang ketiga adalah kulit. 

    Hernia inguinal terbentuk jika usus dan peritoneum terdorong melewati otot dan muncul menjadi tonjolan di bawah kulit. Jenis hernia ini berbahaya karena cenderung terus membesar dan usus dapat terjebak atau tertahan di dalam tonjolan, bahkan membuatnya kehilangan suplai darah. Jika kekurangan darah, jaringan bisa mati (nekrosis). Keadaan ini disebut strangulasi hernia inguinal, dan pembedahan dibutuhkan untuk menyembuhkannya. 

    Hernia inguinal bisa terjadi pada satu atau kedua sisi tubuh. Pria lebih mungkin mengalami hernia jenis ini daripada wanita, tetapi orang usia berapa pun memiliki risiko mengalaminya. Bayi mungkin terlahir dengan hernia ini dan baru muncul gejalanya ketika usia dewasa. Sekitar lima dari 100 anak terlahir dengan kondisi ini.  

    Hernia inguinal dapat terbentuk jika dari waktu ke waktu otot-otot abdominal mengalami tekanan yang terus meningkat karena aktivitas seperti mengejan ketika buang air, batuk-batuk dalam jangka waktu yang lama, obesitas, atau olahraga angkat beban berat. Jika kamu punya anggota kelaurga yang mengalami hernia inguinal, maka faktor risikomu meningkat.  

    Orang banyak percaya bahwa hanya pria yang dapat mengalami hernia inguinal, dan secara anatomi, memang pria lebih berisiko. Namun, perempuan dapat pula mengalaminya. Bahkan, wanita lebih mungkin tidak terdiagnosis untuk kondisi ini karena gejala pada wanita berbeda dengan yang dialami pria.

    Wanita mungkin tidak memiliki tonjolan hernia inguinal yang jelas. Jika dokter tidak dapat mengkonfrmasi hernia inguinal melalui pemeriksaan, MRI, CT-scan, atau endoskopi dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas. 

    Gejala Hernia atau Turun Berok

    Apa yang terasa ketika turun berok? Berikut adalah gejala-gejala hernia yang dirasakan oleh pasien pria adalah:  

    1. Tonjolan yang dapat dilihat dan dirasakan. 
    2. Sakit dan nyeri di area tonjolan. 
    3. Rasa yang menekan. 
    4. Sensasi sentakan pada skrotum sekitar buah zakar. 
    5. Perih yang semakin memburuk ketika beraktivitas yang memberikan tekanan pada area tonjolan, seperti angkat beban, mendorong, dan mengejan. 

    Sedangkan gejala-gejala pada wanita adalah sebagai berikut: 

    1. Sakit dan nyeri yang tajam. 
    2. Sensasi terbakar. 
    3. Tonjolan pada area hernia, tetapi bisa tak tampak dalam kasus hernia inguinal (selangkangan). 
    4. Rasa tidak nyaman yang meningkat ketika beraktivitas. 

    Diagnosis Situasi Darurat Penderita Hernia

    Pada kebanyakan kasus hernia bermula, jaringan internal yang awal terdorong melalui celah otot adalah lemak. Namun, mungkin juga sebagian dari usus sudah langsung menonjol melalui bukaan otot. Meski kemungkinan situasi darurat ini kecil, ketika terjadi, pastikan kamu mendapatkan pertolongan sesegera mungkin. 

    Menurut Gina Lynn Adrales, M.D., M.P.H., dokter bedah invasif minimal dari John Hopkins Medicine, dapatkan penangan medis secepat mungkin jika kamu merasakan hal-hal berikut: 

    1. Ada tonjolan yang menimbulkan rasa sakit serta ukurannya tidak mengecil ketika kamu berbaring atau istirahat. 
    2. Nyeri tersebut semakin memburuk. 
    3. Mual dan/atau muntah. 
    4. Sembelit atau konstipasi. 
    5. Kembung. 
    6. Detak jantung memacu. 
    7. Demam 

    Cara Mencegah dan Pengobatan

    Mengutip situs Cleveland Clinic, seseorang yang mengalami hernia karena faktor bawaan dari lahir tidak dapat mencegahnya. Namun, ketegangan pada otot dan jaringan perut dapat dikurangi dengan beberapa cara, di antaranya: 

    Jaga berat badan yang sehat dan ideal dengan konsumsi makanan yang sehat dan olahraga. Obesitas meningkatkan faktor risiko hernia.  

    Baca di sini tentang Proteksi Pelengkap BPJS yang Bikin Hidup Lebih Tenang

    Jika penyakit turun berok ini masih tergolong ringan, dokter dapat melakukan pengobatan dengan mengembalikan organ yang menonjol mengguanakan jari tangan (reduksi).

    Namun untuk kasus hernia yang parah, dokter akan melakukan tindakan operasi. Sebelum melakukan tindakan apapun kamu harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu,

    Biaya Operasi Hernia di Indonesia  

    Jadi, berapa sih biaya untuk menjalani prosedur medis operasi hernia atau turun berok? Mengutip situs gooddoctor.co.id, biaya operasi hernia di rumah sakit adalah sekitar Rp7 jutaaan. Namun, jika kondisi hernia kamu sudah parah, maka biayanya bisa sampai Rp20 jutaan. Perlu kamu ingat bahwa biaya tersebut belum termasuk biaya rawat inap, obat-obatan, dan biaya lainnya di rumah sakit. Biaya tersebut dapat ditanggung secara pribadi atau dengan jaminan asuransi.  

    Kabar baiknya, operasi hernia masuk dalam biaya yang ditanggung dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan. Semua biaya prosedur dan perawatan pasien selama di ruamh sakit akan ditanggung asalkan mengikuti semua prosedur mulai dari konsultasi ke faskes hingga surat rujukan ke rumah sakit. 

    Nah, selain BPJS atau asuransi utama lainnya, kamu perlu juga memiliki asuransi tambahan untuk memperkuat proteksi keuangan dan kesehatanmu, yaitu Hospital Cash Plan dari Roojai Indonesia. 

    Asuransi Hospital Cash Plan dari Roojai Indonesia memberikan proteksi kesehatan untukmu dengan manfaat santunan tunai harian yang tidak bergantung dengan biaya rumah sakit, melainkan sesuai dengan polis kamu. Kamu tetap bisa mengajukan klaim meskipun biaya rumah sakit sudah ditanggung oleh asuransi utamamu. Asuransi ini juga bisa menjadi pengganti pemasukanmu yang hilang akibat dirawat di rumah sakit, lho.

    Kamu bisa cek disini untuk Pahami Cara Kerja dan Keuntungan Asuransi Santunan Rawat Inap

    Dr. Amalia Ika N

    Ditulis oleh

    Dr. Amalia Ika N

    Medical Claim Manager

    Sebagai lulusan fakultas kedokteran di Universitas Atma Jaya, dr Amalia sudah bekerja dibidang Kesehatan selama 2 tahun dan pernah memiliki sertifikat dibidang Kesehatan seperti ACLS dan Hiperkes. dr Amalia juga sudah bekerja dibidang asuransi selama 11 tahun dan memiliki beberapa sertifikat untuk Underwriting & Claim, Basic Sharia dan Risk Management . Saat ini dr Amalia sebagai Medical Claim Manager senang berbagi tips dan pengetahuan seputar asuransi dan kesehatan.

    Bagikan:

    Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

    Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang

    Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

    |

    Lihat premi dalam 30 detik.
    Gak perlu kasih info kontak!