Miom, atau yang juga dikenal sebagai fibroid, adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam atau sekitar rahim. Meskipun umumnya tidak berbahaya, miom bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti nyeri, pendarahan hebat, atau gangguan kesuburan. Tujuan dari operasi miom adalah untuk mengangkat tumor ini agar gejalanya berkurang atau hilang.
Selain operasi ada beberapa prosedur yang bisa dilakukan untuk mengatasi miom. Namun, miom perlu dioperasi jika ukurannya semakin besar, menyebabkan ketidaknyamanan, Terjadi perdarahan menstruasi yang sangat banyak hingga menyebabkan anemia, Miom menyebabkan masalah kesuburan atau komplikasi kehamilan, atau mengganggu fungsi organ di sekitarnya. Simak selengkapnya mengenai jenis operasi miom, biaya, prosedur, dan efek sampingnya!
Jenis Operasi Miom
Operasi untuk mengangkat miom, yaitu miomektomi, histerektomi, ataupun melalui ablasi radioterapi bisa dilakukan kalau pilihan-pilihan nonbedah dinilai nggak efektif. Supaya lebih tahu apa saja opsi bedah ini, yuk kita simak satu-satu.
1. Miomektomi
Disebut juga myomectomi bisa dibilang sebagai opsi yang paling minim risiko. Prosedur ini dapat mengangkat miom tanpa merusak jaringan rahim, sehingga disarankan bagi perempuan yang ingin atau berencana untuk hamil. Akan tetapi, kalau jaringan miom sudah terikat terlalu erat dengan jaringan dinding-dinding rahim, maka jika hamil ia akan disarankan untuk melahirkan secara caesar.
Myomectomy bisa dilakukan dengan beberapa cara:
- Laparoskopi adalah tipe pembedahan melalui dua sayatan kecil di perut untuk memasukkan alat khusus, yaitu kamera untuk melihat bagian dalam rahim dan alat potong untuk melepaskan miom. Proses ini memerlukan bius total dan waktu inap kurang lebih dua hari di rumah sakit. Tipe pembedahan ini hanya bisa dilakukan pada miom berukuran kecil juga tipe dan lokasi miom tertentu.
- Histeroskopi biasanya dilakukan pada miom yang ukurannya kecil dan jumlahnya sedikit. Pada prosedur bedah ini dokter akan memasukkan selang elastis yang dilengkapi kamera dan lampu kecil melalui lubang vagina untuk mendeteksi miom dan kemudian memotong atau menghancurkannya.
- Miomektomi abdominal adalah tipe bedah laparatomi yaitu bedah dengan membuat sayatan di bagian bawah perut untuk mengangkat miom berukuran besar. Pasien perlu menjalani rawat inap selama 2-3 hari dengan proses pemulihan selama sekitar 2 sampai 6 minggu.
2. Histerektomi
Operasi ini adalah tindakan untuk mengangkat rahim secara keseluruhan. Sebab itu, operasi miom ini lebih disarankan bagi mereka yang memiliki miom berukuran besar dan tidak punya rencana untuk hamil.
Histerektomi dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dari ukuran miom. Kalau miomnya besar, histerektomi dilakukan dengan cara membuat sayatan di perut untuk mengangkat rahim. Kalau ukuran miom kecil, dokter bisa meraih rahim melalui vagina, sehingga pengangkatan rahim dilakukan tanpa sayatan di perut. Pada beberapa kasus, histerektomi juga bisa dilakukan dengan laparoskopi.
Histerektomi adalah tindakan bedah besar. Walaupun aman, ada beberapa risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi. Diskusikan hal ini dengan dokter kamu sebelum memutuskan untuk melakukannya, ya. Salah satu risikonya adalah perempuan yang menjalani histerektomi akan mengalami menopause dini bila indung telurnya juga ikut diangkat.
Berikut beberapa jenis histerektomi:
• Histerektomi Total: Rahim dan serviks diangkat sepenuhnya.
• Histerektomi Parsial: Hanya bagian atas rahim yang diangkat, sedangkan serviks tetap berada di tempatnya.
• Histerektomi Radikal: Digunakan dalam kasus miom yang sangat parah atau adanya kanker, di mana rahim, serviks, dan bagian dari vagina serta jaringan sekitarnya diangkat.
3. Ablasi endometrium
Operasi miom ini dilakukan untuk menghancurkan lapisan endometrium, atau lapisan dinding rahim. Tindakan ini biasanya dipakai untuk mengatasi perdarahan yang berat dan menghancurkan miom-miom berukuran kecil.
Tindakan ini dilakukan untuk menghancurkan lapisan rahim dan mengatasi perdarahan menstruasi berlebih akibat miom. Tergolong tindakan medis minor atau ringan, ablasi endometrium bisa dilakukan tanpa rawat inap, di ruang pemeriksaan dokter.
Ablasi endometrium dapat secara signifikan mengurangi jumlah darah menstruasi, namun sayangnya juga menurunkan kemungkinan untuk hamil.
Dilansir dari situs Verywellhealth, beberapa hal yang perlu diperhatikan dari prosedur ini adalah:
- total waktu pemulihan adalah sekitar dua hari
- dapat meningkatkan risiko komplikasi (misalnya keguguran atau kehamilan di luar rahim) kalau terjadi kehamilan
- mereka yang memilih prosedur ini perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan
- kesulitan atau menghambat diagnosa kanker rahim di kemudian hari
- mereka yang sudah menjalani prosedur ini disarankan untuk melakukan pap smear dan pemeriksaan dalam secara rutin
4. Embolisasi Arteri Uterina (UAE)
Embolisasi arteri uterina adalah prosedur non-bedah yang digunakan untuk mengecilkan miom. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan partikel kecil ke dalam arteri yang memasok darah ke miom, menyebabkan miom menyusut karena aliran darahnya terputus. Ini adalah pilihan bagi wanita yang tidak ingin menjalani operasi tetapi ingin meredakan gejala miom.
5. Terapi Fokus Ultrasonik Berpanduan MRI (MRgFUS)
Ini adalah teknik non-invasif yang menggunakan gelombang ultrasonik berintensitas tinggi untuk menghancurkan miom. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan MRI untuk mengarahkan gelombang ultrasonik ke miom. Teknik ini efektif untuk miom yang tidak terlalu besar dan tidak menyebabkan banyak komplikasi.
Mencegah penyakit tentunya lebih baik daripada mengobati, kan? Karena itu, penting untuk melakukan check up kesehatan secara rutin. Hal ini membantu mengetahui potensi gangguan kesehatan bisa terdeteksi sedini mungkin.
Berapa Biaya Operasi Miom?
Ukuran, jenis dan lokasi miom yang berbeda-beda akan menentukan kerumitan operasi miom yang perlu dilakukan. Oleh sebab itu, harga operasi miom bisa berbeda-beda. Namun, biaya cek kesehatan jauh lebih murah daripada pengobatan. Itulah kenapa kamu harus melakukan medical check up rutin. Untuk mendeteksi penyakit secepat mungkin, dan segera melakukan pengobatan sebelum penyakit tersebut sulit diatasi.
Biaya untuk operasi Miomektomi Laparoskopi berkisar Rp 25 juta – Rp 50 juta. Ini adalah prosedur minimal invasif yang biasanya memiliki waktu pemulihan lebih cepat. Biayanya cenderung lebih tinggi karena memerlukan peralatan khusus dan ahli bedah berpengalaman.
Sedangkan Miomektomi abdominal atau operasi terbuka berkisar Rp 20 juta – Rp 40 juta.
Harga operasi Histerektomi berkisar Rp 30 juta – Rp 60 juta. Operasi pengangkatan rahim ini bisa lebih mahal, terutama jika dilakukan dengan laparoskopi atau robotik. Histerektomi total cenderung memakan biaya lebih banyak karena kompleksitasnya. Dari beberapa operasi miom, histerektomi merupakan tindakan yang paling rumit dan paling mahal dibanding operasi miom yang lain.
Biaya operasi Embolisasi Arteri Uterina berkisar Rp 15 juta – Rp 35 juta. Prosedur ini tidak melibatkan operasi besar dan biasanya lebih murah dibandingkan miomektomi. Namun, masih tergolong mahal karena memerlukan teknologi radiologi intervensional.
Biaya Terapi Fokus Ultrasonik Berpanduan MRI berkisar Rp 30 juta – Rp 70 juta. Ini salah satu prosedur non-invasif paling modern, sehingga biayanya lebih mahal. Prosesnya menggunakan MRI untuk memandu gelombang ultrasonik menghancurkan miom tanpa bedah.
Kabar baiknya adalah, operasi miom merupakan salah satu operasi yang ditanggung oleh BPJS secara menyeluruh. Namun sayangnya, ada kemungkinan kamu masih memerlukan biaya untuk hal-hal lain, misalnya membeli obat-obatan yang nggak ditanggung, biaya transportasi selama pemeriksaan pasca operasi, maupun pemasukan yang hilang akibat dirawat di rumah sakit.
Asuransi Hospital Cash Plan dari Roojai bisa membantu kamu mengurangi risiko finansial karena dirawat di rumah sakit. Nggak usah pusing soal biaya karena kamu bisa menyesuaikan besar santunan rawat inap yang diperlukan dan mengatur paket asuransi sesuai dengan budget kamu. Kalau dirasa perlu, kamu juga bisa memilih proteksi tambahan seperti santunan biaya operasi, intensive care dan perawatan lanjutan.
Roojai Indonesia juga memiliki Asuransi Penyakit Kritis yang memberikan perlindungan finansial apabila kamu didiagnosa dengan penyakit kritis, seperti kanker dan jantung. Roojai juga memberikan premi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhanmu.
Prosedur Sebelum Operasi
Sebelum menjalani operasi miom, ada beberapa langkah yang biasanya harus kamu lalui. Pertama, dokter akan meminta kamu untuk menjalani beberapa tes, seperti USG atau MRI, untuk mengetahui ukuran dan lokasi miom. Kemudian, ada juga kemungkinan kamu diminta melakukan tes darah untuk mengecek kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Kalau kamu harus menjalani anestesi umum (bius total), biasanya kamu akan diminta berpuasa selama sekitar 6-8 jam sebelum operasi. Dokter juga bisa memberi tahu obat-obatan yang boleh dan tidak boleh kamu konsumsi sebelum operasi. Semua prosedur ini penting untuk memastikan operasi berjalan lancar dan minim risiko.
Durasi operasi miom sendiri tergantung pada jenis operasinya. Misalnya, kalau kamu menjalani miomektomi laparoskopi, operasi ini bisa memakan waktu 1-2 jam. Tapi, kalau kamu harus menjalani histerektomi (pengangkatan rahim), waktu operasinya bisa lebih lama, sekitar 2-3 jam, tergantung seberapa kompleks kasusnya.
Pemulihan Pasca Operasi
Setelah operasi, proses pemulihan juga akan bervariasi tergantung jenis operasinya. Kalau kamu menjalani miomektomi laparoskopi, waktu pemulihannya biasanya lebih cepat, sekitar 2-4 minggu. Kamu mungkin hanya merasa sedikit nyeri di area bekas sayatan dan bisa mulai beraktivitas ringan setelah beberapa hari.
Namun, jika kamu menjalani histerektomi, pemulihan bisa memakan waktu lebih lama, sekitar 6-8 minggu. Setelah operasi, kamu akan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari untuk memastikan tidak ada komplikasi. Di rumah, kamu mungkin perlu banyak istirahat, menghindari angkat berat, dan tidak beraktivitas berat selama masa pemulihan.
Efek pasca operasi yang sering muncul adalah rasa nyeri di area perut dan mungkin sedikit bengkak di sekitar sayatan. Kamu juga bisa merasa lemas selama beberapa minggu. Selain itu, ada kemungkinan kamu mengalami sedikit pendarahan atau keluar cairan dari vagina. Semua gejala ini biasanya normal dan akan hilang seiring waktu, tapi pastikan kamu tetap berkonsultasi dengan dokter kalau ada hal yang mengganggu.
Jika kamu menjalani histerektomi, setelah pemulihan, kamu tidak akan mengalami menstruasi lagi, dan jika ovarium juga diangkat, bisa mempengaruhi hormon. Jadi, konsultasi dengan dokter terkait dampaknya juga penting agar kamu siap dengan perubahan yang akan terjadi pada tubuhmu.
Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang
Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan
|
Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!
Cek harga premi secara online
Bagikan: