
Risk Based Capital (RBC) adalah ukuran kesehatan keuangan perusahaan asuransi berdasarkan risiko yang ditanggungnya, seperti klaim, investasi, dan utang. Manfaat utama RBC adalah memastikan perusahaan memiliki cukup modal untuk melindungi nasabah dan tetap stabil dalam kondisi finansial yang berisiko.
Risk Based Capital (RBC) adalah indikator penting yang menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan asuransi dalam menanggung risiko. Di Indonesia, RBC menjadi tolok ukur wajib yang ditetapkan OJK untuk memastikan perusahaan mampu memenuhi kewajiban seperti membayar klaim nasabah dan menjaga kestabilan operasional.
Simak pembahasan Roojai berikut ini mengenai definisi RBC, seperti apa perhitungannya, dan mengapa indikator ini penting bagi nasabah maupun regulator dalam dunia asuransi.
Konten
- Pengertian Risk Based Capital (RBC)
- Manfaat dan Mengapa RBC Dibutuhkan
- Bagaimana RBC Asuransi Dihitung?
- Risk-based Capital Vs. Fixed-capital Standards
- Perusahaan Asuransi dengan RBC Tinggi
- Tips Memilih Perusahaan Asuransi yang Sehat
- Lindungi Dirimu dengan Asuransi Kesehatan
- Pertanyaan Seputar Risk Based Capital (RBC)
Pengertian Risk Based Capital (RBC)
Risk Based Capital atau RBC dalam asuransi adalah metode untuk mengukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi berdasarkan risiko yang mereka tanggung. RBC menunjukkan apakah perusahaan memiliki cukup modal untuk menutup risiko seperti klaim, investasi, hingga utang.
Menurut Investopedia, RBC adalah aturan yang menentukan jumlah modal minimum yang harus dimiliki perusahaan asuransi sesuai profil risikonya. Artinya, semakin tinggi risikonya, semakin besar modal yang harus disiapkan.
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan melalui POJK Nomor 71/POJK.05/2016 mewajibkan perusahaan asuransi memiliki RBC minimal 120%. Jika RBC di atas angka tersebut, berarti kondisi keuangan perusahaan dinilai sehat dan mampu memenuhi kewajibannya.
Manfaat dan Mengapa RBC Dibutuhkan
Selain untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan perusahaan asuransi, risk based capital asuransi juga memiliki manfaat lainnya, seperti:
- Untuk menentukan adanya risiko perusahaan mengalami pailit.
- Untuk mencegah berbagai masalah keuangan yang bisa terjadi di masa depan seperti gagal bayar atau perusahaan asuransi tidak bisa memenuhi kewajiban pembayaran klaim.
- Untuk mengetahui kebutuhan modal perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajibannya atas risiko yang mungkin saja terjadi.
- Membantu pemerintah dalam mengetahui nilai aktual ekuitas.
- Untuk memberitahu nasabah kondisi kesehatan keuangan perusahaan asuransi, sehingga nasabah bisa percaya dan membeli produk asuransi tersebut.
Data terkait Risk Based Capital biasanya dapat kamu akses secara transparan di laman website masing-masing perusahaan asuransi. Kamu juga sekaligus bisa melihat laporan keuangan perusahaan asuransi tersebut.
Pilih produk perlindungan terbaik untuk mobil kesayangan dari perusahaan asuransi terpercaya. Gunakan asuransi mobil terbaik dari Roojai yang punya manfaat fleksibel dan proses pembelian hingga klaim yang transparan.
Bagaimana RBC Asuransi Dihitung?
Kamu sudah memahami apa itu risk based capital dan manfaatnya, lalu bagaimana cara menghitung risk based capital? Sederhananya, rumus risk based capital adalah aset perusahaan / Total klaim yang harus ditanggung. Artinya, jika perusahaan asuransi punya RBC 200%, itu berarti perusahaan memiliki 2x aset dari total semua klaim yang harus mereka tanggung.
Dalam implementasinya, ada empat metode untuk menghitung RBC sesuai dengan SK DJLK Nomor 5314/LK/1999. Berikut ini penjelasannya.
1. Schedule A-Asset Default
Cara pertama menghitung RBC adalah dengan menggunakan metode Schedule A-Asset Default. Cara ini digunakan untuk mengetahui modal yang diperlukan perusahaan asuransi dalam mencegah risiko penurunan nilai kekayaan.
2. Schedule B-Currency Mismatch
Cara perhitungan ini digunakan untuk mengetahui modal yang dibutuhkan perusahaan asuransi dalam mencegah risiko terjadinya fluktuasi pada jenis mata uang yang membuat perusahaan harus menanggung kewajiban dalam jumlah yang lebih banyak. Perhitungan ini digunakan pada perusahaan asuransi yang kekayaannya adalah mata uang asing.
3. Schedule C-Claim Experience Worse than Expected
Cara ini digunakan untuk menghitung modal yang dibutuhkan perusahaan asuransi untuk mencegah risiko adanya perbedaan jumlah klaim yang sudah diperkirakan dengan jumlah klaim yang kamu ajukan.
4. Schedule D-Reinsurance Risk
Cara keempat ini digunakan untuk menghitung berapa modal yang dibutuhkan perusahaan asuransi untuk mencegah adanya risiko masalah keuangan yang membuat perusahaan asuransi tidak mampu membayar kewajibannya dalam pembayaran klaim.
Risk-based Capital Vs. Fixed-capital Standards
Selain RBC ada pula metode lain untuk memastikan perusahaan asuransi dalam kondisi sehat, misalnya standar modal tetap atau fixed-capital standards. Baik RBC maupun fixed-capital standards, sama-sama berfungsi untuk melindungi perusahaan dari kebangkrutan.
Perbedaanya, dalam standar modal tetap, perusahaan harus memiliki jumlah uang yang sama dalam cadangan mereka, sedangkan jika menggunakan RBC dapat lebih fleksibel karena berdasarkan tingkat risikonya.
Menurut Investopedia, perusahaan asuransi mulai menggunakan modal modal berbasis risiko sebagai pengganti standar modal tetap pada tahun 1990-an. Kondisi ini terjadi setelah banyaknya perusahaan asuransi yang mengalami kebangkrutan pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Perusahaan Asuransi dengan RBC Tinggi
Rasio RBC yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan asuransi memiliki modal yang jauh melebihi batas minimum yang ditetapkan OJK, sehingga dinilai lebih mampu memenuhi kewajiban keuangan kepada nasabah. Meski bukan satu-satunya indikator, RBC tetap menjadi acuan penting dalam menilai stabilitas dan kesehatan keuangan perusahaan asuransi.
Berikut adalah tabel perusahaan asuransi jiwa dengan nilai RBC tertinggi berdasarkan data terbaru per Desember 2024 yang dikutip dari bisnis.com.
| Nama Perusahaan | RBC 2024 |
| PT PFI Mega Life Insurance | 1.87% |
| PT MSIG Life Insurance | 1.84% |
| PT Asuransi Jiwa SeaInsure | 1.67% |
| PT Panin Dai-Ichi Life | 1.13% |
| PT Hanwha Life Insurance Indonesia | 1.01% |
| PT Asuransi Simas Jiwa | 820% |
| PT China Life Insurance Indonesia | 803% |
| PT BNI Life Insurance | 796% |
| PT Chubb Life Insurance | 718,18% |
| PT Victoria Alife Indonesia | 707% |
| PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia | 689% |
| PT Axa Mandiri Financial Services | 554% |
| PT Sun Life Financial Indonesia | 482% |
| PT Asuransi Jiwa Sequis Life | 481% |
| PT Asuransi Central Asia | 460,07% |
| PT Asuransi BRI Life | 434,56% |
| PT Asuransi Jiwa BCA | 433,08% |
| PT Prudential Life Assurance | 418% |
| PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia | 354% |
Tips Memilih Perusahaan Asuransi yang Sehat
Memilih perusahaan asuransi yang sehat secara keuangan sangat penting agar terhindar dari risiko gagal bayar klaim. Pastikan perusahaan memiliki izin resmi dari OJK, nilai RBC tinggi (minimal 120%), dan rekam jejak yang baik.
Berikut panduan cepat untuk membantumu memilih asuransi yang aman dan tepercaya:
1. Cek izin usaha
Pastikan perusahaan asuransi memiliki izin resmi dari OJK. Legalitas ini menunjukkan bahwa operasional perusahaan diawasi oleh regulator, sehingga lebih terjamin keamanannya. Kamu bisa mengecek izin melalui situs OJK atau langsung di laman resmi perusahaan.
2. Cek laporan keuangan & RBC
Periksa laporan keuangan perusahaan, khususnya nilai Risk Based Capital (RBC). RBC di atas 120% menandakan bahwa perusahaan memiliki cadangan modal yang cukup untuk menanggung risiko dan membayar klaim. Informasi ini biasanya tersedia di website resmi perusahaan atau laporan publikasi OJK.
3. Tinjau track record
Cari tahu reputasi perusahaan melalui ulasan nasabah dan pemberitaan media. Hindari perusahaan yang sering terlambat membayar klaim atau bermasalah secara hukum. Pilih yang responsif dan memiliki catatan penyelesaian keluhan nasabah dengan baik.
4. Pastikan jaringan luas
Periksa jaringan layanan perusahaan: rumah sakit rekanan, bengkel, dan kantor cabang. Jaringan luas memudahkan proses klaim dan layanan ketika dibutuhkan. Pilih perusahaan yang memiliki akses layanan di lokasi tempat tinggalmu atau kota besar lainnya.
Lindungi Dirimu dengan Asuransi Kesehatan
Risk Based Capital adalah indikator penting untuk menilai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan kemampuan mereka memenuhi kewajiban klaim. Memahami RBC membantu kamu memilih perusahaan yang benar-benar tepercaya, terutama ketika risiko kesehatan bisa datang kapan saja dan membutuhkan biaya perawatan yang tidak sedikit.
Untuk mendapatkan perlindungan yang lebih aman dan fleksibel, kamu bisa mempertimbangkan asuransi kesehatan dari Roojai. Di Roojai, kamu bisa merancang sendiri manfaat asuransi kesehatan sesuai kebutuhan, sehingga tidak perlu membayar manfaat yang tidak kamu perlukan. Dengan klaim cashless di lebih dari 2000 rumah sakit rekanan di seluruh Indonesia, kamu bisa lebih tenang menghadapi berbagai risiko kesehatan.
Pertanyaan Seputar Risk Based Capital (RBC)
Berapa standar RBC yang ditetapkan OJK untuk perusahaan asuransi?
OJK menetapkan standar minimal RBC sebesar 120 persen agar perusahaan asuransi dinilai sehat secara finansial. Angka ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban klaimnya. Semakin tinggi RBC, semakin kuat kondisi keuangannya.
Apa yang terjadi jika RBC perusahaan asuransi berada di bawah batas minimal?
Jika RBC turun di bawah 120 persen, perusahaan wajib melakukan penyehatan keuangan sesuai ketentuan OJK. Kondisinya menunjukkan potensi risiko gagal bayar yang lebih tinggi. Dalam situasi tertentu, OJK juga dapat mengambil tindakan pengawasan khusus.
Apakah RBC memengaruhi keamanan klaim nasabah?
Ya, RBC yang tinggi menunjukkan perusahaan memiliki modal cukup untuk membayar klaim. Perusahaan dengan RBC rendah lebih rentan menghadapi kendala likuiditas. Karena itu, penting bagi nasabah untuk memeriksa RBC sebelum memilih produk asuransi.
Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang
Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan
|
Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!
Cek harga premi secara online
Bagikan: