Jenis Kanker yang Paling Banyak Dialami di Indonesia | roojai.co.id

Penyakit kanker menjadi salah satu penyakit yang membebani secara ekonomi di seluruh dunia, termasuk juga Indonesia. Data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat total kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dengan total kematian di angka 234.511 kasus. Studi ini juga mencatat ada 5 jenis kanker yang paling banyak diderita orang Indonesia. Apa saja?

Konten

  1. Apa itu penyakit kanker?
  2. Jenis kanker yang paling banyak dialami orang Indonesia
    1. Kanker payudara
    2. Kanker serviks
    3. Kanker paru-paru
    4. Kanker hati
    5. Kanker nasofaring

Apa itu penyakit kanker?

Kanker adalah penyakit yang muncul akibat pertumbuhan sel di dalam tubuh yang tidak normal dan bahkan menjadi tidak terkendali. Biasanya terjadi pada salah satu organ tubuh, yang kemudian bisa berkembang atau bermetastasis ke bagian tubuh yang lain. 

Sel kanker bisa terjadi di bagian tubuh manapun, dari kulit sampai mata. Jenis kanker biasanya ditentukan dari organ di mana sel tersebut bersemayam. Kanker payudara menunjukkan adanya sel kanker di payudara, begitu pula kanker paru-paru dan seterusnya. 

Kanker disebabkan oleh mutasi gen pada sel di dalam tubuh. Akan tetapi hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang memicu mutasi tersebut. Walaupun begitu, diketahui ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko mutasi gen tersebut. Misalnya kebiasaan merokok, paparan terhadap zat kimia berbahaya, dan juga faktor genetik. 

Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena juga bisa meningkatkan risiko kematian bagi pengidapnya. Menurut badan kesehatan dunia WHO, kanker adalah penyebab kematian kedua terbesar di dunia setelah penyakit kardiovaskuler. 

Selain itu, biaya penanganan dan pengobatan kanker terhitung sangat mahal dan memerlukan jangka waktu yang lama. Sebenarnya kanker sangat mungkin untuk disembuhkan jika terdeteksi sejak dini dan mendapat penanganan medis yang tepat. 

Jenis kanker yang paling banyak dialami orang Indonesia

Sesuai data Globocan 2020, secara keseluruhan, jumlah pengidap kanker di Indonesia mencapai 396.914 orang. Menurut Yayasan Kanker Indonesia, penyebab tingginya kasus kanker di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kondisi lingkungan yang terpapar bahan karsinogen, misalnya asap rokok, konsumsi makanan berpengawet, dan bahan kimia lain. Gaya hidup tidak sehat seperti kebiasaan begadang, kurang berolahraga, dan pola makan yang tidak baik, juga berkontribusi meningkatkan risiko kanker di Indonesia.  

Dilansir situs katadata, berikut ini 5 jenis kanker yang paling banyak dialami orang Indonesia: 

Kanker payudara

Peringkat pertama adalah kanker payudara dengan jumlah kasus baru mencapai 65.858 kasus atau 16,6% dari total kasus kanker di Indonesia.  

Dalam skala global, angka kejadian kanker payudara disebut sebagai kanker paling umum di dunia. Situs WHO menyebutkan, pada tahun 2020 ada 2,3 juta perempuan yang didiagnosa kanker payudara yang berakibat pada 685.00 kematian secara global. Kanker payudara bisa terjadi pada semua perempuan yang sudah melewati masa pubertas, namun risikonya meningkat seiring usianya.

Kanker payudara merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel payudara yang abnormal yang tumbuh secara ganas. Jika tidak dikendalikan atau terlambat dideteksi, sel abnormal ini bisa menyebar ke bagian tubuh lain dan berakibat fatal. 

Pertumbuhan sel kanker di payudara biasanya dimulai di dalam saluran susu atau lobulus penghasil susu. Pada stadium awal, yaitu ketika sel kanker belum menyebar (in situ), tidak mengancam jiwa. Namun saat sudah menyebar ke jaringan terdekat (invasi), misalnya ke kelenjar getah bening atau organ lain, akibatnya bisa fatal. 
Oleh sebab itu, mengetahui ciri kanker payudara dan deteksi kanker ini sejak dini merupakan cara yang paling ampuh untuk mencegah penyebaran kanker. Penanganan kanker payudara akan disesuaikan dari stadium, kondisi kesehatan pengidap, dan penyebaran sel kanker.

Kanker serviks

Kanker yang menyerang leher rahim perempuan ini menempati urutan kedua sebagai salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita orang Indonesia. Pada tahun 2020, jumlah kanker serviks di Indonesia mencapai 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker. 

Setiap perempuan berisiko terkena kanker serviks, terutama mereka yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Situs WHO menyebutkan, kanker serviks adalah kanker keempat yang paling sering menyerang perempuan. Pada tahun 2020 diperkirakan ada 604.000 kasus kanker serviks baru di dunia. 

Kanker serviks merupakan penyakit yang bisa diobati. Sayangnya, angka kematian akibat kanker serviks lebih banyak ditemukan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2020, dari perkiraan 342.000 kematian akibat kanker serviks, sekitar 90% di antaranya terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. 

Situs WHO juga menyebutkan, perempuan yang mengidap HIV, 6 kali lebih mungkin terkena kanker serviks dibandingkan perempuan tanpa HIV. Lebih jauh lagi disebutkan, sekitar 5% dari kasus kanker serviks disebabkan oleh HIV (2). 

Meskipun demikian, lebih dari 95% kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). Ini adalah infeksi virus paling umum pada saluran reproduksi. Baik laki-laki maupun perempuan yang aktif secara seksual memiliki risiko terjangkit HPV setidaknya satu kali dalam hidupnya. Pada beberapa orang, infeksi HPV bisa terjadi berulang kali. Tapi bukan berarti mereka yang terinfeksi akan mengalami kanker serviks. Lebih dari 90% populasi yang terinfeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya.


Lalu bagaimana infeksi HPV bisa berkembang menjadi kanker? Pada perempuan dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, dibutuhkan waktu 15 sampai 20 tahun bagi sel kanker untuk berkembang. Kamu bisa mengenali gejala kanker serviks sejak dini untuk melakukan penanganan sesegera mungkin. Namun pada perempuan dengan sistem kekebalan yang lemah, infeksi HPV bisa berkembang menjadi kanker dalam waktu 5 sampai 10 tahun saja.

Kanker paru-paru

kanker paru-paru | roojai.co.id

Kanker paru-paru menyusul di urutan ketiga sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita orang Indonesia, dengan 34.783 kasus atau 8,8% dari total kasus. Namun pada pria, angka kejadian kanker paru adalah yang paling tinggi dibanding jenis kanker lain. 

Di dunia, kanker paru-paru adalah kanker yang paling umum ke-2 pada perempuan dan kanker paling umum pada pria. Pada tahun 2020 ada lebih dari 2,2 juta kasus kanker paru-paru baru. 

Kanker paru memang lebih sering dialami pria, terutama yang berusia lebih dari 40 tahun. Tapi tidak menutup kemungkinan kanker paru-paru dialami diusia produktif karena hal ini berhubungan erat dengan asap rokok, memiliki riwayat kanker di keluarganya, pernah sakit paru sebelumnya, dan paparan terhadap bahan karsinogenik. 

Jika didiagnosis pada stadium awal, pasien kanker paru memiliki kesempatan hidup lebih tinggi. Sayangnya, kanker paru sulit dikenali pada tahap awal karena tidak menunjukkan gejala yang spesifik dan mirip dengan penyakit paru biasa.

Kanker hati

Kanker hati berada di urutan keempat sebagai jenis kanker yang paling banyak di Indonesia. Jumlah kasus kanker hati mencapai 21.392 atau 5,4% dari total kasus kanker di Indonesia. Pada laki-laki, kanker hati berada di urutan ketiga kanker yang paling banyak diidap laki-laki. 

Kanker hati disebut sebagai pembunuh senyap atau “silent killer” karena tidak memiliki gejala yang khas, mengakibatkan banyak pasien terlambat mendeteksi dan mengobatinya. Situs fkui.ac.id menyebutkan bahwa kanker hati merupakan penyebab kematian akibat kanker keempat tertinggi di dunia. Data WHO pada tahun 2020 menyebutkan bahwa kanker hati menyebabkan 800.000 kematian di seluruh dunia. 

Kanker hati bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh. Hati itu sendiri merupakan salah satu organ vital manusia yang berfungsi membantu proses pencernaan, mengontrol pembekuan darah, serta membersihkan darah dari zat berbahaya. 

Apa yang bisa menyebabkan kanker hati? Kanker ini terjadi ketika sel-sel hati mengalami perubahan sehingga tubuh tidak normal dan menjadi ganas atau tidak terkendali. Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker hati adalah mengidap hepatitis B atau hepatitis C dalam jangka panjang, mengonsumsi alkohol secara berlebihan, mengalami perlemakan hati dan sirosis hati, serta menderita penyakit hati bawaan.

Kanker nasofaring

Kanker nasofaring adalah kanker yang menyerah area di atas bagian belakang tenggorokan. Jumlah kasus kanker nasofaring di Indonesia mencapai 19.943 atau 5% dari total kasus kanker dengan jumlah kematian mencapai 13.399 jiwa. Kanker ini lebih sering menyerang pria daripada perempuan. 

Nasofaring adalah organ yang berfungsi sebagai jalur pernapasan dari hidung ke tenggorokan. Ketika terkena kanker, akan timbul gangguan pada fungsi pernapasan dan rasa kurang nyaman di bagian-bagian lain sekitar wajah. 

Lalu apa yang menyebabkan kanker nasofaring? Penyebab kanker ini belum diketahui secara pasti. Meski begitu, ilmuwan menemukan adanya kaitan antara infeksi virus Epstein-Barr (EBV) dengan kanker ini. Mereka yang terpapar virus EBV biasanya akan sembuh dengan sendirinya. Namun pada beberapa kasus, potongan DNA dari EBV bisa bercampur dengan DNA sel di nasofaring. 

Kondisi ini bisa mengakibatkan sel-sel di nasofaring membelah tidak terkendali dan tidak mati. Pertumbuhan sel ini pada akhirnya menyebabkan kanker nasofaring. 

Hingga saat ini, kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi momok. Selain angka kematiannya yang cukup tinggi, penanganan kanker juga memerlukan waktu panjang dan tentunya biaya yang tidak sedikit. 

Sehingga, selain melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan gaya hidup sehat, upaya lain perlu dilakukan. Misalnya dengan mencegah paparan bahan karsinogen dan juga mengurangi paparan terhadap bahan yang karsinogenik.

Di luar upaya tersebut, untuk ketenangan hati kamu juga memerlukan persiapan dari segi finansial. Dengan Asuransi Kanker kamu bisa mengantisipasi risiko finansial yang terjadi saat terkena penyakit kanker. 
Asuransi Kanker dari Roojai bisa menjadi pelengkap asuransi kesehatan lain seperti BPJS karena memiliki manfaat tunai yang bisa digunakan untuk menunjang pengobatan kanker. Asuransi ini menanggung kanker stadium awal dan stadium akhir dan berlaku untuk semua jenis kanker invasif.

Dr. Amalia Ika N

Ditulis oleh

Dr. Amalia Ika N

Medical Claim Manager

Sebagai lulusan fakultas kedokteran di Universitas Atma Jaya, dr Amalia sudah bekerja dibidang Kesehatan selama 2 tahun dan pernah memiliki sertifikat dibidang Kesehatan seperti ACLS dan Hiperkes. dr Amalia juga sudah bekerja dibidang asuransi selama 11 tahun dan memiliki beberapa sertifikat untuk Underwriting & Claim, Basic Sharia dan Risk Management . Saat ini dr Amalia sebagai Medical Claim Manager senang berbagi tips dan pengetahuan seputar asuransi dan kesehatan.

Bagikan:

Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang

Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!