Seiring kenaikan angka obesitas di dunia, sindrom metabolik menjadi pandemi global yang perlu diwaspadai. Dilansir dari DMS Journal, diperkirakan 12-37 persen populasi Asia mengalami sindrom metabolik.
Mengapa perlu diwaspadai? Pasalnya saat mengidap sindrom metabolik, maka seseorang akan lebih berisiko mengidap penyakit kardiovaskular. Selain itu, saat ini sindrom metabolik juga diketahui sebagai salah satu faktor risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan stroke.
Gejala sindrom metabolik
Kondisi sindrom metabolik adalah sekumpulan setidaknya tiga dari lima masalah kardio-metabolik: obesitas abdominal, hiperglikemia (gula darah di atas normal), hipertrigliserida, HDL rendah dan hipertensi (tekanan darah tinggi).
Sayangnya, sindrom metabolik ini biasanya tidak memperlihatkan gejala. Padahal, baik tekanan darah tinggi, kadar HDL ataupun gula darah yang menjadi komponen sindrom metabolik, angkanya bisa semakin naik tanpa kita sadari.
Salah satu gejala sindrom metabolik yang paling bisa dilihat adalah kenaikan berat badan. Waspadalah saat baju terasa semakin sesak, terutama di bagian pinggang. Apalagi kalau timbangan sudah bergerak naik. Indeks Massa Tubuh dan lingkar pinggang di atas normal, bisa jadi pertanda awal sindrom metabolik.
Ada baiknya kam juga pelajari Apa Itu Sindrom Metabolik dan Apa Saja Komplikasi yang Perlu Diwaspadai? [URL TO ARTICLE: Apa Itu Sindrom Metabolik dan Apa Saja Komplikasi yang Perlu Diwaspadai?]
Selain yang terlihat, beberapa gejala klinis yang dihubungkan dengan sindrom metabolik di antaranya:
- Pusing
- Lelah
- Gejala yang diasosiasikan dengan diabetes, misalnya sering merasa haus dan frekuensi buang air kecil meningkat
- Mengorok
- Sulit tidur
- Sakit kepala
Gejala-gejala tersebut timbul dari masing-masing komponen yang menyebabkan sindrom metabolik. Hipertensi bisa menyebabkan kepala pusing, lelah, dan sakit kepala. Gula darah tinggi bisa menyebabkan gangguan tidur, kelelahan, pusing, haus, mulut kering, dan sering buang air kecil.
Penyebab sindrom metabolik
Sindrom metabolik disebabkan oleh gabungan faktor gaya hidup, riwayat keluarga, dan faktor risiko kesehatan lain yang nggak bisa kamu kontrol. Beberapa faktor mungkin saling tumpang tindih dan menyebabkan salah satu faktornya menjadi parah. Misalnya, obesitas dikaitkan dengan hipertensi dan kadar trigliserida tinggi. Sementara hipertensi juga dikaitkan dengan kadar gula darah tinggi.
Beberapa faktor risiko sindrom metabolik di antaranya:
- Obesitas
- Resistensi insulin
- Pola makan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat
- Gaya hidup sedentari (tidak banyak bergerak)
- Kurang tidur
- Punya riwayat keluarga diabetes atau sindrom metabolik
- Pertambahan usia, semakin lanjut usia semakin tinggi risikonya
- Mengidap diabetes
- Mengidap kelebihan berat badan
- Mengidap polycystic ovary syndrome (PCOS)
- Dalam pengobatan yang menyebabkan kenaikan berat badan atau kenaikan tekanan darah, kadar trigliserida, dan gula darah.
Walaupun penyebab utama sindrom metabolik nggak bisa diidentifikasi secara pasti, kondisi ini punya kaitan erat dengan resistensi insulin, yaitu kondisi ketika tubuh nggak bisa memproses insulin secara efektif. Pada kondisi normal, insulin bertugas memindahkan gula dari darah ke dalam sel-sel tubuh, untuk bisa digunakan sebagai energi. Saat proses ini terganggu, akibatnya gula menumpuk dalam darah, dan akhirnya menyebabkan diabetes tipe 2.
Kelebihan berat badan yang dikaitkan dengan tingginya kadar lemak visceral (lapisan lemak di dalam perut, yang menyelimuti organ-organ internal) juga punya andil dalam memicu resistensi insulin. Sebaliknya, resistensi insulin juga bisa memicu kenaikan berat badan.
Ada juga beberapa masalah kesehatan yang “eksis” bersama sindrom metabolik, misalnya diabetes tipe 2, penyakit liver, sleep apnea, dan polycystic ovary syndrome.
Mengurangi risiko sindrom metabolik, ini yang bisa kamu lakukan
Karena sebagian besar penyebab sindrom metabolik merupakan gaya hidup, maka langkah pertama dalam mengatasi atau mencegahnya adalah dengan menerapkan beberapa hal berikut ini.
- Menerapkan sebanyak mungkin gaya hidup sehat, dari pola makan sehat, berolahraga secara rutin serta mengurangi berat badan bisa menurunkan risiko penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan sindrom metabolik, seperti diabetes dan penyakit jantung.
- Pola makan tinggi serat. Konsumsi makanan yang tinggi kandungan serat alami, sayur-sayuran dan buah-buahan. Untuk membantu menurunkan berat badan, kurangi porsi makan dan batasi makanan yang mengandung tinggi gula dan lemak. Kurangi konsumsi lemak jenuh yang biasa terkandung dalam daging, krim kental, dan makanan fast food atau kalengan. Selain itu, kurangi konsumsi minuman beralkohol.
- Tingkatkan aktivitas fisik, misalnya dengan melakukan olahraga yang kamu sukai. Coba lakukan olahraga setidaknya 30 menit, 5 kali seminggu. Selain itu, hindari gaya hidup sedentari alias mager. Duduk terlalu lama di depan komputer sebaiknya dihindari ya. Coba berdiri dari tempat duduk setiap 20 atau 30 menit sekali dan bergerak selama satu-dua menit sebelum melanjutkan bekerja.
- Jaga berat badan ideal. Dengan meningkatkan aktivitas fisik dan memperbaiki pola makan, lemak tubuh pun akan berkurang. Kalau kamu berolahraga beban, kenaikan berat badan juga bisa terjadi karena kenaikan massa otot. Untuk tahu profil lemak tubuh secara akurat, sebaiknya lakukan pemeriksaan di laboratorium.
- Berhentilah merokok karena kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, stroke, kanker dan penyakit paru-paru. Berhenti merokok akan sangat membantu mengatasi sindrom metabolik.
Bicara tentang pola makan, mungkin kamu perlu tau bahwa Riset Membuktikan, Makanan Ini Perlu Kamu Hindari untuk Mencegah Stroke!
Kapan perlu berkonsultasi ke dokter?
Kalau perubahan gaya hidup nggak cukup untuk mengatasi kondisi sindrom metabolik, dokter bisa meresepkan sejumlah obat. Misalnya obat diuretik dan penghambat beta untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Sementara untuk yang memiliki kadar kolesterol tinggi dokter akan meresepkan obat golongan statin. Kamu yang memiliki kadar gula darah tinggi juga bisa diresepkan obat penurun gula darah.
Untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat, sebaiknya kamu berkonsultasi dengan dokter ya. Dokter akan melihat secara menyeluruh dan menyarankan strategi manajemen risiko yang paling pas dengan kondisi kamu. Semakin cepat, semakin baik. Jadi jangan ditunda, ya.
Berikutnya
Gejala Patah Tulang yang Perlu Kamu TahuDapatkan Penawaran Asuransi Online yang
Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan
|
Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!
Cek harga premi secara online
Bagikan: